Sekolah Palu: Membangun Harapan Baru di Tengah Puing Kota – Artikel ini mengulas tentang upaya Sekolah Palu dalam membangun kembali harapan dan pendidikan di Palu setelah gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan kota tersebut. (Sumber: Kompas)


Sekolah Palu: Membangun Harapan Baru di Tengah Puing Kota

Pada 28 September 2018, Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, diguncang oleh gempa bumi dahsyat yang berkekuatan 7,4 skala Richter. Guncangan ini diikuti oleh gelombang tsunami yang menghantam pesisir kota, menghancurkan segala yang berada di jalurnya. Bencana ini menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa, rumah-rumah hancur, dan infrastruktur pendidikan rusak.

Di tengah puing-puing kota yang hancur, Sekolah Palu berhasil muncul sebagai simbol harapan dan perjuangan yang gigih untuk membangun kembali pendidikan dan harapan di Palu. Sekolah ini berdiri di Desa Lolu, Kecamatan Palu Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang paling parah terkena dampak bencana.

Sekolah Palu didirikan oleh Alfan Subhara, seorang guru berusia 28 tahun yang selamat dari bencana tersebut. Dengan semangat yang tak tergoyahkan, Alfan yang juga merupakan alumni Universitas Tadulako, memutuskan untuk bergerak dan memulai kembali pendidikan di lokasi terdampak gempa dan tsunami.

Dalam upayanya membangun kembali harapan dan pendidikan di Palu, Sekolah Palu menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah infrastruktur yang hancur dan minimnya fasilitas pendidikan. Namun, dengan dukungan masyarakat setempat, donasi dari berbagai pihak, dan bantuan dari beberapa organisasi, Sekolah Palu berhasil membangun kembali beberapa ruang kelas sementara dan fasilitas dasar.

Sekolah ini mulai beroperasi pada Januari 2019 dengan hanya 12 murid. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah siswa mereka bertambah secara signifikan. Saat ini, Sekolah Palu telah memiliki lebih dari 100 siswa dari berbagai tingkatan, mulai dari TK hingga Sekolah Menengah Pertama.

Kurikulum yang diadopsi oleh Sekolah Palu mencakup mata pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Namun, pendidikan di sekolah ini tidak hanya berfokus pada pengembangan akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup dan pemulihan trauma. Mereka menawarkan sesi konseling dan kegiatan pengembangan diri yang bertujuan untuk membantu siswa mengatasi dampak emosional dari bencana yang mereka alami.

Sekolah Palu juga melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Mereka mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan memberikan dukungan dalam upaya membangun kembali harapan di tengah puing-puing kota.

Keberhasilan Sekolah Palu dalam membangun kembali harapan dan pendidikan di Palu tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Banyak organisasi, seperti Save the Children, Plan International, dan Yayasan Palu Nomor Satu, yang memberikan bantuan dan dukungan finansial untuk membangun kembali fasilitas pendidikan. Selain itu, berbagai individu dan sukarelawan juga turut berperan aktif dalam membantu mengajar dan memberikan motivasi kepada siswa Sekolah Palu.

Sekolah Palu adalah bukti nyata bahwa pendidikan adalah salah satu kunci utama untuk membangun kembali masyarakat yang terdampak bencana. Dengan semangat dan tekad yang kuat, Sekolah Palu telah memberikan harapan baru bagi anak-anak Palu yang pernah terpuruk dalam bencana. Melalui upaya mereka, diharapkan Palu dapat bangkit kembali dan masa depan cerah anak-anak dapat terwujud.

Referensi:
1. Kompas.com. (2019). Sekolah Palu Bangkitkan Harapan di Tengah Puing. Diakses pada 10 November 2021, dari
2. Save the Children. (2019). Palu One Year On: Rebuilding Lives After the Indonesia Earthquake and Tsunami. Diakses pada 10 November 2021, dari