Perundungan di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying merupakan fenomena yang merugikan dan perlu diberantas. Tindakan perundungan ini seringkali terjadi di lingkungan sekolah dan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi korbannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekitar 30 persen siswa di Indonesia pernah mengalami perundungan di sekolah. Tindakan perundungan ini bisa berupa pelecehan verbal, fisik, dan psikologis yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap korban. Dampak dari perundungan ini bisa sangat merugikan bagi korban, seperti menurunnya prestasi akademik, gangguan mental, bahkan hingga depresi dan bunuh diri.
Perundungan di sekolah juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat dan tidak aman bagi siswa. Hal ini dapat menghambat proses belajar mengajar dan menciptakan ketidaknyamanan bagi siswa yang menjadi korban. Selain itu, perundungan juga dapat menciptakan lingkungan sekolah yang tidak kondusif dan tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimal.
Untuk itu, perundungan di sekolah perlu diberantas dengan tegas dan efektif. Pihak sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat harus bekerjasama dalam mencegah dan memberantas tindakan perundungan. Penegakan disiplin yang ketat, peningkatan kesadaran akan pentingnya menghormati perbedaan, serta pembinaan karakter dan nilai-nilai moral yang baik adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah perundungan di sekolah.
Dengan memberantas perundungan di sekolah, diharapkan lingkungan belajar dapat menjadi tempat yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh siswa. Hal ini akan berdampak positif pada prestasi akademik siswa, kesejahteraan mental mereka, serta menciptakan generasi muda yang memiliki nilai-nilai kebaikan, empati, dan toleransi.
Referensi:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Modul Pelatihan Pencegahan Perundungan di Sekolah.
2. BPS-Statistics Indonesia. (2020). Survei Sosial Ekonomi Nasional: Perilaku Perundungan di Sekolah.
